Rahma Sarita: assalamualaikum wr wb

HAL: Wasior, “Awas Satu Kosong, Rahma”

Flash floods submerge an area in Teluk Wondama district, Papua, on October 4, 2010. The remote Indonesian town of Wasior was a scene of devastation Wednesday, with bodies lying unclaimed in the debris of flash floods that killed at least 86 people and left dozens missing. (AFP) Wed Oct 6, 7:51 AM ET Residents gather to inspect the damage suffered by an area affected by a flash flood in Wasior, Papua province, Indonesia, Tuesday, Oct. 5, 2010. Heavy rain unleashed flash floods and mudslides, killing dozens of people in a remote corner of the country that rescuers were still struggling to reach days after the storms began, officials and witnesses said Tuesday. (AP Photo/Abdul Muin) Tue Oct 5, 9:10 AM ET

A man takes pictures of ruins of a hotel in a flood-affected village in Wasior in Indonesia’s Papua province October 9, 2010. At least 126 people have died, 66 went missing and more than 800 were left injured after flash floods swept Wasior on Monday, according to data from Indonesia’s National Disaster Mitigation Agency on Saturday. REUTERS/Beawiharta (INDONESIA – Tags: DISASTER ENVIRONMENT IMAGES OF THE DAY) Sat Oct 9, 5:51 PM ET Indonesian army soldiers carry a flood victim to the hospital in Wasior village of Indonesia’s Papua province October 9, 2010. At least 126 people died, 66 went missing and more than 800 injured after flash floods swept Wasior on October 4, according to data from Indonesia’s National Disaster Mitigation Agency on Saturday. REUTERS/Beawiharta(INDONESIA – Tags: DISASTER ENVIRONMENT IMAGES OF THE DAY) Sat Oct 9, 10:53 AM ET

Puluhan keluarga korban banjir bandang yang terisolasi di Kampung Rado, Distrik Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, hingga Jumat (8/10) petang belum bisa dievakuasi, akibat sulitnya medan menuju lokasi. Upaya itu dilakukan oleh tim evakuasi sejak pagi. Namun, beratnya medan akibat banyaknya material yang terbawa banjir bandang, tim belum bisa mencapai lokasi tersebut. Media Indonesia / Reuters / Roy SIbarani / vg / Jumat, 08 Oktober 2010 – 19:47 WIB Aliran air itu dari Sungai Rado, Sanduay, Anggris, Miei, dan Sungai Kabo. Sungai-sungai itu tak mampu menampung curah hujan yang beberapa kali masih turun dari pegunungan Cagar Alam Wondiboi. Wondiboi adalah salah satu cagar alam andalan di tanah Papua yang memiliki luas 70.000 hektar. Konturnya yang berlereng tajam dan batuan penyusun yang rapuh membuatnya gampang longsor.  Kompas – Ichwan  Susanto / Reuters / Minggu, 10 Oktober 2010 – 06:06 WIB

…..
Sejak sekitar setahun yang lalu aku pikir yang ada di tangan kanan kamu itu adalah jam tangan perempuan berwarna merah. Baru pada 12 Agustus 2010 aku tahu dari sebuah iklan di Facebook bahwa itu bukan jam tangan melainkan gelang “Power Balance”.
…..


Bencana banjir bandang di Wasior, Papua, yang menyebabkann sebagian besar rumah dan bangunan rusak dan korban jiwa lebih dari seratus orang terjadi pada 4 Oktober 2010 atau beberapa hari setelah suratku yang berjudul “Wahai Rakyat, Jangan Pilih Saya” tertanggal 22 September 2010. Suasana mencekam pemandangan bencana Wasior itu dimataku seperti gabungan antara bencana Tsunami Aceh tahun 2004 dan bencana Situgintung tahun 2009.

Dalam surat “Wahai Rakyat, Jangan Pilih Saya” itu aku mengungkapkan dugaanku bahwa pak SBY khawatir kita berdua akan masuk ke politik, padahal mungkin pak SBY ada rencana lain yang mungkin dapat terganggu oleh kemunculan kita di politik.

Maka bencana Wasior seperti membenarkan dugaanku itu, seperti merupakan isyarat dari langit untuk kita berdua. Sebab Wasior dapat diartikan “Was” dari kata “awas”, lalu “io” dimana huruf “i” seperti angka “satu” dan huruf “o” seperti angka “0”, sehingga berarti “satu kosong”, dan “r” dari nama kamu “Rahma”. Sehingga seperti berarti  “Wasior: Awas satu kosong, Rahma…….”. Peringatan untuk kita berdua agar jangan menyebabkan orang nomer satu di negeri ini, pak SBY, menjadi kosong.

Mungkin ada yang mempersoalkan mengenai aku melihat situs dewasa seperti aku sebutkan di surat “Wahai Rakyat, Jangan Pilih Saya” itu, apakah bukan berarti haram. Soal ini dapat aku asosiasikan dengan soal babi, meskipun sudah jelas babi itu haram tapi kalau dalam keadaan darurat, kalau ada orang tersesat di hutan dan tidak ada makanan lain kecuali babi maka untuk menyelamatkan jiwa orang itu babi yang haram itupun menjadi halal. Apalagi soal kita, soal darurat berkaitan dengan nasib umat manusia, aku ‘kan sejak semula sudah menyebutkan bahwa aku sedang berusaha untuk menyelamatkan jiwa ribuan atau ratusan ribu orang atau jutaan atau milyaran orang dari bencana yang seperti terkait dengan soal kamu dan aku. Maka untuk menghindari kecurigaan bahwa kita berdua mau berpolitik, aku relakan melihat situs dewasa agar dengan demikian aku nggak akan dipilih oleh rakyat. Sehingga usahaku untuk menikah sama kamu nggak perlu lagi dicurigai berlatar belakang politik, dengan demikian kita bisa menikah agar kamu mendampingi aku saat aku ketemu ajal untuk kebaikan umat manusia.

Lagipula aku sudah lama mendapat peringatan dari Allah soal foto-foto khusus dewasa. Waktu masih SD sekitar kelas empat, aku pernah ke rumah temanku Wisnu atau biasa dipanggil dengan Wiwis yang bertempat tinggal di jalan Bojonegoro dekat sekolahku dan dia memperlihatkan majalah khusus dewasa yang terus terang baru pertama kali aku lihat. Dan nama bapak dari temanku itu adalah Dan Sulaiman SH, seorang pengacara terkenal saat itu. Mengingat aku bukan orang hukum, maka nama pak Dan Sulaiman SH itu seperti berarti “…..dan Sulaimanpun Susah Hidup…….”. Jadi kalau nabi Sulaiman terkenal sebagai nabi yang kaya, tapi kalau aku terlalu asyik dengan foto-foto khusus dewasa maka aku akan menjadi Sulaiman yang susah hidup, dalam arti hidup nggak matipun nggak. Kemudian waktu tahun 1989 aku kerja di Amex, ternyata adik dari si Wisnu itu yang bernama Satya kebetulan kerja di Amex juga. Oleh sebab itu kita harus fokus ke pernikahan kita agar kamu menjadi pendampingku saat aku ketemu ajal untuk kebaikan umat manusia.

Selain Wasior, nama tempat yang terkena bencana dengan parah adalah Rado. Nama Rado seperti nama jam tangan Swiss yang mulai terkenal di Indonesia sejak tahun tujuhpuluhan dengan iklan yang gencar di media.

Mungkin kamu masih ingat pada 25 Desember 2009 aku pernah menulis “Jam Cowo Dan Jam Cewe Pada Tangan Kamu” karena saat itu aku kira selain jam rada besar di tangan kiri kamu, maka yang berwarna merah di tangan kanan kamu adalah jam tangan juga. Baru sekitar setahun kemudian aku tahu bahwa itu bukan jam, itupun karena nggak sengaja waktu aku lagi di Facebook pada 12 Agustus 2010 ada iklan di sebelah kanan halaman Facebookku, persis seperti yang kamu pakai di tangan kanan kamu itu, tapi ada beberapa warna, selain merah, ada juga yang putih, hitam, kuning. Saat itulah aku baru tahu bahwa itu bukan jam tangan melainkan gelang kesehatan “Power Balance“, yang sesuai iklan  itu dipakai juga oleh para pesohor seperti pesepakbola Christiano Ronaldo dan pebasket Magic Johnson. Barangkali kalau jaman dulu adalah gelang akar bahar.

Gelang kesehatan “Power Balance” itu seperti terlihat pada foto diatas, memiliki dua mata di depan dan di belakang. Sehingga berbeda dengan Dajjal yang konon bermata satu. Seperti isyarat juga bahwa kita harus menikah karena fungsi kamu untuk aku adalah sebagai “Power Balance“, terutama berkaitan dengan kekhawatiranku soal aku jadi Dajjal kalau aku tidak sama kamu. Padahal Dajjal itu cuma akan muncul menjelang kiamat, berarti kalau kita tidak melakukan usaha pencegahan yang memadai setelah sedemikian banyak isyarat untuk kita, sama aja kita membiarkan kiamat akan segera menjelang dong, dan di akherat kita bisa disalahkan oleh milyaran orang.


Jakarta, 19 Oktober 2010.
wassalam,


a.m. firmansyah
sms 0812 183 1538


Tinggalkan komentar