Rahma Sarita: assalamualaikum wr wb

HAL: Kacamata Ketinggalan Dan Tunanetra Tewas Di Halaman Istana


Warga berdesakan di depan pintu gerbang masuk Istana Negara, Jumat (10/9/2010), untuk mengikuti open house Lebaran bersama Presiden SBY dan keluarga. KOMPAS.com / Caroline Damanik – Jumat, 10 September 2010 | 15:40 WIB Joni Malela tewas sesaat setelah turut berdesak-desakan karena ingin mengikuti open house di Istana Kepresidenan. Menurut informasi yang diterima pihak Istana, Joni meninggal karena sakit jantung. FotoDetik.com – Mega Putra Ratya – Jumat, 10/09/2010 17:08 WIB


Selamat Iedul Fitri 1 Syawal 1431 H, Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir Bathin.

Maaf ucapan Iedul Fitri ini rada terlambat sebab kemarin menjadi hari yang cukup melelahkan untuk aku.

Hari Lebaran pertama, Jumat 10 September 2010 kemarin, aku mengantar kakakku dan suami ke bandara Soekarno Hatta karena akan pergi menengok sang anak selama sekitar sebulan. Semula sejak beberapa hari sebelum itu, kakakku sudah merencanakan untuk naik taksi. Tapi setelah aku tanyakan pada sekitar empat hari sebelum berangkat mengenai apakah aku yang harus antarkan, maka dua hari setelah itu aku ditanya apa aku jadi mau antarkan karena kebetulan pembantu yang perempuan meskipun libur tapi bersedia jaga rumah bersama suami. Maka akupun bersedia mengantarkan.

Dalam pikiranku masih bekecamuk pertanyaan apakah sepulang dari bandara aku akan sekalian mampir ke Wisma Nusantara. Aku belum tentukan dengan pasti. Tapi dari rumah aku sudah bawa kamera lengkap dengan batere baru yang aku sebut di surat sebelum ini “Soal Ema Cy Dan Aku Jadi Dajjal“.

Saat sampai di jalan Cinere Raya, kakak iparku sambil menyetir mobil dalam keadaan jalan cukup macet sempat mengatakan kalau ketemu taksi kosong akan naik taksi. Jalan cukup macet pada hari lebaran pertama itu, karena tampaknya orang pada bepergian untuk silaturahmi.

Aku yang duduk di kursi belakang dalam mobil Chevrolet Captiva itu, tetap belum tahu apakah sepulang dari bandara akan mampir ke Wisma Nusantara atau tidak, aku cuma mohon agar Allah Memberi isyarat kuat dan Membimbingku. Sebab mengingat beberapa kali aku datang kemudian muncul kejadian yang tidak biasa seperti gempa bumi dan Gus Dur wafat, maka aku nggak ingin berspekulasi untuk langsung datang lalu ada kejadian lagi yang menimbulkan korban jiwa.

Ternyata tidak mudah mendapatkan taksi kosong dalam suasana lebaran seperti itu, lagipula kakak iparku juga tidak yakin apakah kopor2 dapat muat di taksi. Sehingga perjalananpun berlanjut terus ke bandara.

Sesudah kakakku dan suami serta koper2 diturunkan dari mobil, semula aku berencana sholat Ashar dulu di bandara, sebab sudah sekitar jam 15.48. Namun ketika aku sudah mulai menjalankan mobil di dalam bandara menuju tempat parkir, aku pikir lebih baik sholat di mesjid aja nanti yang tentu cukup banyak di pinggir jalan.

Keluar dari tol bandara, jam sudah menunjukkan  15.58 WIB sebagaimana tercetak pada karcis tol di pintu tol Kapuk.

Sampai di dekat jembatan layang Senayan, aku belok kanan lewat depan TVRI. tetap belum tahu akan ke Wisma Nusantara atau tidak. Di jalan Hang Tuah, radio dalam mobil yang semula Prambors aku pindah untuk cari Pass FM tapi aku lupa gelombang mana sebab sudah lama nggak setel radio. Kalo nggak salah 100.9, dan ternyata nggak ada, yang ada di 100.1 atau 100.7 aku nggak terlalu lihat. Dan nggak ada berita penting yang muncul.

Menjelang Plaza Senayan, aku pikir lebih enak sholat Ashar dulu, akupun masuk ke halaman Plaza Senayan. Jam saat masuk gerbang parkir adalah 16.10 WIB sebagaimana tercetak pada karcis parkir.

Dan kecenderungan untuk datang ke Wisma Nusantara sudah semakin kuat, sebab aku pikir penting juga besilaturahmi dan membereskan segala kesalahpahaman dengan kamu. Walaupun ada juga kekhawatiran kamu nggak ada disitu, sebab sudah sejak 19 Agustus 2010 kamu nggak muncul lagi di layar TV, sehingga aku berspekulasi apakah kamu itu sudah menikah lagi dan dilarang kerja oleh suami, atau lagi cuti panjang atau gimana. Maka itu makin penting aku datang untuk dapatkan informasi tentang kamu.

Tempat parkir cukup ramai, maklum liburan. Saat aku di lantai P1, ada petugas yang kasih isyarat apakah mau parkir dan aku mengangguk lalu aku disuruh memutar dulu. Dapat tempat parkir yang berhadapan dengan tembok, dengan jalur untuk lalu lalang mobil di bagian depan mobil, aku coba telpon ke TV-One di Pulogadung tapi nggak ada yang angkat telpon, mungkin karena lagi lebaran.

Setelah tanya petugas dimana tempat musholla, aku berjalan ke lantai P3 lewat tangga tanpa masuk dulu ke Mall. Sesudah masuk pintu Musholla, ada beberapa sepatu disitu tapi tidak nampak ada orang yang sedang memakai atau melepas sepatu seperti saat beberapa waktu sebelum ini kalau aku sholat di situ. Seusai menitipkan sepatu, aku ke tempat wudhu, dan melepas kacamata serta meletakkan kacamata itu di atas tonjolan marmer pada bagian atas keran air.

Saat masuk ke tempat sholat, tidak terlalu banyak orang, mungkin cuma sekitar 15 orang. Ada yang sedang sholat sendiri-sendiri, ada yang sedang duduk. Semula aku sholat sunnah qabliyah Ashar sendiri, dua-dua rokaat, pada shaff paling belakang sebab aku rada risih kalau disangka mau jadi Imam kalau sholat di shaf depan. Menjelang selesai, ada dua orang yang baru masuk dan sholat berjamaah beberapa meter di sebelah kanan dekat tempat Imam. Akupun bergabung, untuk sholat Ashar. Beberapa orang kemudian ikut juga bergabung.

Saat itulah aku baru sadar, suara Imam saat menyuarakan “Allahuakbar” dan “samiallahulimanhamidah” sangat mirip dengan suara teman SMA-ku Faisal Basri. Sehingga mengingatkan aku pada soal “kalau orang2 yang terkait dengan salib diangkat dari dunia ini, maka senjata-senjata pemusnah masal akan jatuh ke pihak yang tidak bertanggung jawab dan menyebabkan kehancuran dunia.”

Nama temanku Faisal Basri itu seperti nama kakakku Faisal, dan kakakku itu oleh beberapa teman dia suka dipanggil dengan nama kecil Ical seperti nama kecil bung Aburizal Bakrie. Maka semakin kuat keinginanku untuk datang ke Wisma Nusantara, sebab aku pikir itu isyarat dari Allah SWT untuk aku ketemu kamu dan mewujudkan skema Rahm Emanuel untuk ketemu ajal untuk kebaikan umat manusia.

Selesai sholat seperti biasa aku membaca istighfar 15 kali sebelum kemudian akan dilanjutkan dengan Subhanallah, Alhamdulillah dan Allahuakbar masing-masing 33 kali. Tapi baru sampai sekitar istighfar ke tujuh, aku sadar ada yang kurang, dan aku baru ingat kacamataku nggak ada. Sebab kalau sholat di mesjid atau musholla seperti itu aku biasanya tetap pakai kacamata.

Aku cari di kantong, nggak ada. Baru kemudian aku ingat, aku taruh di atas marmer di tempat wudhu tadi. Aku segera bangkit, khawatir kacamataku hilang. Sebab bisa aja ada orang yang juga lupa, selesai wudhu langsung kantongi kacamata itu lalu sampai rumah baru sadar koq ada kacamata di kantong padahal di kepala sudah ada kacamata.

Saat berjalan menuju pintu Musholla untuk menuju tempat wudhu, ada orang yang berdiri dekat tembok, tinggi kurus, menanyakan apakah aku ketinggalan sesuatu. Aku bilang betul, kacamataku. Lalu dia menunjuk ke tempat penitipan sepatu. Aku sempat perhatikan, orang tinggi kurus itu pakai seragam baju putih diatas dan celana hijau muda, dan ada logo Plaza Senayan di baju, rupanya sudah sering ada yang kelupaan seperti itu sehingga ada petugas khusus yang mengawasi tempat wudhu untuk menyimpankan barang yang ketinggalan. Saat keluar dari pintu Musholla ada petugas lain berseragam sama tapi perempuan dan sempat bicara ke laki-laki yang tinggi kurus itu.

Sampai di tempat penitipan sepatu, ternyata ada kacamata lain berwarna putih yang dikeluarkan oleh petugas penitipan sepatu sembari berkata “yang putih atau yang hitam pak”. Aku bilang yang hitam, dan dia keluarkan kacamataku.

Sembari berjalan dari Musholla masuk ke Mall, aku berpikir isyarat apakah itu sehingga aku lupa kacamataku seperti itu. Sambil mencari jalan menuju Hero supermarket di lantai basement, akupun berusaha untuk mengurai kata “kacamata ketinggalan”.

Nama belakang kamu Rahma Sarita, sama seperti nama keponakanku Sarita anak kakakku Faisal. Dan nama kecil dari keponakanku Sarita itu adalah Chacha. Sehingga “kacamata ketinggalan” seperti berarti “ke Cha, Ema tak ketinggalan”. Dengan kata lain, kalau aku tetap datang ke Wisma Nusantara hari itu untuk silaturahmi sama kamu, maka status Ema kamu akan menjadi Ema yang tak ketinggalan, berarti kamu akan ikut meninggal sama aku.

Lha ‘kan berabe dong kalau kamu ikut meninggal sama aku, berarti aku tidak menepati janji. Sebab janjiku adalah kamu sebagai Ema untuk aku seperti tanteku tante Ema yang tetap hidup setelah sang suami meninggal beberapa tahun lalu. Kalau kamu malah ikutan meninggal, berarti aku ingkar janji, dan itu sama saja dengan orang munafik yang kalau bicara bohong, kalau janji tidak tepat, kalau diberi amanah berkhianat.

Maka akupun membatalkan rencana pergi ke Wisma Nusantara. Dalam perjalanan pulang aku sempat berpikir, emang waktu sholat Jumat siang itu, diantara yang diucapkan khatib adalah soal “silaturahmi itu memperpanjang umur”. Padahal pagi hari Jumat itu di acara Apa Kabar Indonesia pagi, sudah tampak bahwa selain ada panggung acara di halaman Wisma Nusantara, juga ada beberapa meja bundar dengan beberapa kursi yang pagi itu diisi antara lain oleh puluhan anak yatim. Berarti kalau aku datang maka aku akan besilaturahmi dengan puluhan atau ratusan orang, sehingga soal “silaturahmi itu memperpanjang umur” akan sangat mungkin terwujud dan akupun jadi tidak memenuhi janji untuk ketemu ajal untuk kebaikan umat manusia.

Selain itu emang sehari sebelum lebaran waktu aku berpikir bahwa aku ketemu kamu pada saat lebaran di Wisma Nusantara, aku kemudian berpikir kalau kamu kebetulan nggak bawa mobil sehingga ikut sama aku, dalam suasana malam hari, lalu…………..

Terus terang aku emang mengkhawatirkan bahwa kita akan mudah terjerumus melakukan yang bukan-bukan, sebab kamu dan aku sama-sama “angot”. Bukan berarti aku merasa kegantengan, tapi aku masih ingat pada tahun 2008 setelah pada pagi hari aku tulis surat ke pak Wardy yang menyebut aku suka minder kalau ada dekat kamu karena wajahku yang pas-pasan ini, maka sore hari di Kabar Petang kamu sempat nyeletuk “tapi ‘kan seksi…….”. Seperti Mick Jagger itu meskipun banyak yang bilang dia tidak ganteng, tapi banyak cewek bilang dia seksi.

Berarti isyarat “kacamata ketinggalan” itu mungkin karena Allah nggak ingin terjadi perbuatan yang bukan-bukan diantara kita, mengingat selama ini sudah ada beberapa bencana besar yang seperti terkait dengan kita.

Bayangkan kalau sampai kita terjerumus berbuat yang bukan-bukan, lalu menyebabkan Allah memutuskan bahwa tombol hari kiamat sudah harus dipencet. Kemudian di akherat akan ditayangkan video tentang kita itu yang menyebabkan diambil keputusan untuk memunculkan hari kiamat.

Saat lewat jalan Fatmawati, aku putuskan untuk sholat Maghrib di mesjid jalan Karang Tengah karena sudah dekat waktu Maghrib padahal jalan cukup padat sama orang yang bepergian untuk silaturahmi. Di jalan Karang Tengah, ada mobil Honda CRV warna hitam seperti mobil kamu yang menyusul dari kanan, dengan nomer B 100 NT.  Sehingga soal “kacamata ketinggalan” itu seperti memuat isyarat lain untuk aku.

Kalau orang berkacamata ‘kan kadang suka disebut “bermata empat”. Karena kacamataku ketinggalan maka aku tidak lagi bermata empat melainkan bermata dua. Dan kalau keadaan bermata dua digabung dengan kita berbuat yang bukan-bukan maka sama aja mata dua itu adalah dari kamu dan aku, berarti masing-masing kita cuma bermata satu, seperti Dajjal yang konon bermata satu dan akan muncul menjelang kiamat.

Malam hari aku baru tahu dari berita di TV bahwa siang itu di Istana ada korban tewas saat berdesakan untuk bersilaturahmi dengan presiden SBY. Dan korban tewas itu adalah seorang tunanetra, orang buta, bernama Joni Malela. Maka aku pikir soal  “kacamata ketinggalan” itu memang merupakan isyarat dari Allah SWT, sebab saat sholat di Plaza Senayan itu aku sama sekali nggak tahu bahwa ada korban orang buta yang meninggal di Istana. Dari berita yang aku dapat di Internet, kejadian orang buta tewas di Istana itu adalah sekitar jam 15.15, sedangkan saat aku sholat dan ketinggalan kacamata adalah sekitar jam 16 lebih.

Mungkin sekarang yang jadi pertanyaan adalah bagaimana solusi untuk semua persoalan antara kamu dan aku ini. Mengingat sudah sedemikian banyak korban, lebih dari 200 ribu orang dari beberapa bencana yang seperti terkait dengan kita, aku nggak ada solusi lain selain mewujudkan skema Rahm Emmanuel, kita menikah untuk kamu mendampingi aku saat aku ketemu ajal untuk kebaikan umat manusia di dunia.


Jakarta, 11 September 2010.
wassalam,


a.m. firmansyah
sms 0812 183 1538


One Response to “AB290. Kacamata Ketinggalan Dan Tunanetra Tewas Di Halaman Istana”


  1. […] AB290. Kacamata Ketinggalan Dan Tunanetra Tewas Di Halaman Istana […]


Tinggalkan komentar